Selasa, 24 Februari 2009

Kasih dan Cinta mengalahkan semuanya.........

Untuk Sahabat2ku, ini sebuah kisah menyentuh h ati dalam foto yang nyata.
Tuhan itu maha adil dan maha penyayang, Kisah seorang suami istri dalam keluarga yang sangat sederhana, melihat rata2 sosok laki nya itu
bisa dinilai seorang pria yang cukup sempurna terutama dalam penampilannya, tapi dia mempunyai seorang istri yang mempunyai kelainan
dalam fisiknya, dimana wanita tersebut tidak mempunyai kaki sama sekali total dai ujung kaki hingga ujung paha bahkan wanita itu tidak memiliki
sama sekali pinggul (bagian dari pangkal paha hingga batas pinggang), jadi sulit skali bila duduk karena tida memiliki alas dibawah pinggang tsb.,
tapi kebesaran Tuhan tentu lain, wanita tersebit memiliki suami yang cukup ganteng, masih muda dan sangat cukup sempurna mau memiliki dan
mengasihi seorang wanita yang mempunyai cacat fisik bawaan. mereka sekarang dikaruniai dua orang anak yang sangat sempurna dan lucu sekali.
Silahkan anda menyimak satu persatu foto2 keluarga tersebut tentu saya melihatnya dengan h ati sangat haru.




Sabtu, 21 Februari 2009

JANGAN JAJAN KANGKUNG SEMBARANGAN YA, KECUALI KALAU BATANGNYA DIBELAH.

Jika Anda penggemar kangkung, baik itu ca kangkung, petis kangkung, kangkung cos, dll yang berkaitan dengan kangkung, mungkin cerita ini dapat menjadi pertimbangan bagi Anda pada saat akan mengkonsumsi kangkung.

Saya mendapat cerita ini dari
seorang teman, tapi Saya lupa tempat
persisnya di Negara mana, yang jelas antara Singa
pura / Malaysia .

Pada suatu hari di rumah sakit
terkenal, semua dokter kebingungan hanya karena ada seorang anak kecil yang tampan menderita sakit perut. Anak itu dibawa ke rumah sakit oleh orang tuanya setelah 2 hari menderita diare.
Sudah bermacam obat sakit peru
t yang diberikan kepada anak itu, namun diarenya tidak kunjung sembuh.

Di rumah sakit orang tua anak tersebut ditanya oleh dokter, makanan apa saja yang sudah dimakan oleh anak tersebut selama 2 hari ini. Orang tua anak itu kebingungan, karena sejak anaknya diare otomatis anak tersebut tidak mau makan, dia hanya minum susu, itu pun langsung dikeluarkan lagi. Setelah usut punya usut, ternyata sebelum menderita diare, malamnya anak tersebut baru saja diajak makan kangkung cos di Restoran oleh orang tuanya.

Dokter segera melakukan rontgen, ternyata diusus anak tersebut telah
berkembang biak lintah denga
n anaknya yang kecil-kecil. Dokter angkat tangan dan menyatakan tidak sanggup mengambil tindakan medis apapun.

Akhirnya anak kecil tampan yang malang itupun menin
ggal dunia.

Usut punya usut, ternyata lintah itu sebelumnya berse
mayam di dalam
batang kangkung yang besar. Memang, untuk pengge
mar kangkung cos yang paling enak adalah batangnya, apa lagi jika dimasak oleh seorang ahli, maka kangkung cos rasanya akan menjadi renyah. Lintah yang berada di dalam batang kangkung itu tidak akan mati walau dimasak selama apapun, apa lagi untuk kangkung cos proses memasak tidak terlalu lama untuk menghasilkan rasa kangkung yang enak. Lintah hanya akan mati jika dibakar.


Di dalam usus anak tadi, lintah yang tadinya hanya 1 dalam 2 hari
berkembang biak dengan cepatnya karena terus me
nerus menghisap darah yang ada, otomatis dokter juga kebingungan, bagaimana
mematikan/membersihkan lintah y
ang telah sangat banyak tersebut dari dalam usus anak malang itu.

Jujur, sejak mendengar cerita itu, kesukaan saya akan kangkung
menjadi berkurang, boleh dibila
ng sudah 1 bulan ini saya sama sekali tidak mengkonsumsi kangkung dalam bentuk apa pun, bukan karena menjadi paranoid, tapi bagi Saya lebih banik menjaga segala kemungkinan yang ada, toh tidak hanya kangkung yang dapat kita konsumsi, masih banyak sayur lain yang dapat kita makan dengan meminimalisir segala kemungkinan "lintah" yang terselip di dalamnya.

Semoga cerita ini dapat men jadi pertimbangan untuk kita semua pada saat ingin mengkonsumsi kangkung.

Kamis, 19 Februari 2009

"Tidak Apa-Apa, Masih Ada Hari Esok"

Pada suatu tempat, hiduplah seorang anak. Dia hidup dalam keluarga yang bahagia, dengan orang tua dan sanak keluarganya. Tetapi, dia tidak pernah mensyukuri betapa baiknya kehidupan yang dia miliki. Dia terus bermain, mengganggu sanak keluarganya kalau mereka tidak mau bermain apa yang dia ingin main. Tetapi, ketika dia mau minta maaf, dia selalu berkata, "Tidak apa-apa, besok kan bisa."
Ketika agak besar, sekolah sangat menyenangkan baginya. Dia belajar, mendapat teman, dan sangat bahagia. Tetapi, dia tidak pernah mensyukurinya. Semua begitu saja dijalaninya sehingga dia anggap semua sudah sewajarnya. Suatu hari, dia berkelahi dengan teman baiknya. Walaupun dia tahu itu salah, tapi tidak tidak pernah mengambil inisiatif untuk minta maaf dan berbaikan dengan teman baiknya. Alasan dia, "Tidak apa-apa, besok kan bisa."
Ketika dia remaja, teman baiknya tadi bukanlah temannya lagi. Walaupun dia masih sering melihat temannya itu, tapi mereka tidak pernah saling tegur. Tapi itu bukanlah masalah, karena dia masih punya banyak teman baik yang lain. Dia dan teman-temannya hampir melakukan segala sesuatu bersama-sama, makan, main, kerjakan PR, dan jalan-jalan. Ya, mereka semua teman-temannya yang paling baik.
Setelah lulus, kerja membuatnya sibuk. Dia bertemu seorang wanita yang sangat cantik dan baik, dan segera dia menjadi pacarnya. Dia begitu sibuk dengan kerjanya, karena dia ingin dipromosikan ke posisi paling tinggi dalam waktu yang sesingkat mungkin. Tentu, dia rindu sama teman-temannya. Tapi dia tidak pernah lagi menghubungi mereka lagi, bahkan lewat telepon. Dia selalu berkata, "Ah, aku capek, besok saja aku akan menghubungi mereka."
Ini tidak terlalu mengganggunya karena dia punya teman-teman sekerja yang selalu mau diajak keluar. Jadi, waktu pun berlalu, dia lupa sama sekali untuk menelepon teman-temannya. Setelah dia menikah dan punya anak, dia bekerja lebih keras agar dalam membahagiakan keluarganya. Dia tidak pernah lagi membeli bunga untuk istrinya, atau pun mengingat hari ulang tahun istrinya dan juga hari pernikahan mereka. Tapi, itu tidak masalah baginya, karena istrinya selalu mengerti dia, dan tidak pernah menyalahkannya. Tentu, kadang-kadang dia merasa bersalah dan sangat ingin punya kesempatan untuk mengatakan pada istrinya "Aku cinta kamu", tapi dia tidak pernah melakukannya. Alasan dia: "Tidak apa-apa, saya pasti besok akan mengatakannya. "
Dia tidak pernah sempat datang ke pesta ulang tahun anak-anaknya, tapi dia tidak tahu ini akan berpengaruh pada anak-anaknya. Anak-anak mulai menjauhinya, dan tidak pernah benar-benar menghabiskan waktu mereka dengan ayahnya. Suatu hari, kemalangan datang ketika istrinya tewas dalam kecelakaan. Dia ditabrak lari. Tapi hari itu, dia sedang ada rapat. Dia tidak sadar bahwa itu kecelakaan yang fatal, dia baru datang saat istrinya akan dijemput maut. Sebelum sempat berkata "Aku cinta kamu", istrinya meninggal. Laki-laki itu remuk hatinya dan mencoba mencari menghibur diri melalui anak-anaknya setelah kematian istrinya. Tapi, dia baru sadar anak-anaknya tidak pernah mau berkomunikasi dengannya.
Segera, anak-anaknya dewasa dan membangun keluarganya masing-masing. Tidak ada yang peduli sama orang tua ini yang di masa lalunya tidak pernah meluangkan waktunya untuk mereka. Dia pindah ke rumah jompo yang terbaik, yang menyediakan pelayanan sangat baik dengan uang yang dia simpan untuk perayaan pernikahan ke 50, 60, dan 70 dia dan istrinya. Semua uang itu sebenarnya untuk dipakai pergi ke Hawaii, New Zealand, dan negara-negara lain, tapi kini dipakai untuk membayar biaya tinggal dia di rumah jompo tersebut.
Sejak itu sampai dia meninggal, hanya ada orang-orang tua dan suster yang merawatnya. Dia kini merasa sangat kesepian, perasaan yang tidak pernah dia rasakan sebelumnya. Saat dia mau meninggal, dia memanggil seorang suster dan berkata padanya, "Ah, Andai saja aku menyadari ini dari dulu...." Dan dia meninggal dengan airmata di pipinya.
Apa yang ingin dikatakan disini adalah, waktu itu tidak pernah berhenti. Anda terus maju dan maju, sebelum anda sadar itu, anda telah maju terlalu jauh. Jika anda pernah bertengkar, segera berbaikanlah! Jika anda merasa ingin mendengar suara teman, jangan ragu-ragu untuk meneleponnya segera. Terakhir, dan yang paling penting!! Jika anda merasa anda ingin mengatakan kepada seseorang bahwa anda sayang dia, jangan tunggu sampai terlambat. Jika anda terus pikir bahwa lain hari akan mengatakan padanya, hari itu tidak pernah akan datang. Jika anda selalu pikir bahwa besok akan datang, maka "besok" akan pergi begitu cepatnya hingga anda baru sadar, waktu telah meninggalkan anda.


我對佛說... I was talking to the Buddha ...


我對佛說:讓我所有朋友永遠健康快樂~ ;
I was telling the Buddha: Please bring health & happiness forever to all of my friends!
佛說:只能四天~
The Buddha said: Only 4 days
我說:,春天、夏天、秋天、冬天。
I said: Alright, spring, summer, autumn, winter
佛說:三天。
The Buddha said: Three days.
我說:好,昨天、今天、明天。
I said: Alright, yesterday, today, tomorrow.
佛說:不行,兩天。
The Buddha said: No way, two days.
我說:好,白天、黑天。
I said: Alright, daytime & nighttime.
佛說:不行,就一天~
The Buddha said: No way, just one day~!
我說:好~
I said: Alright.
佛茫然問到:哪一天?
The Buddha asked vaguely: Which day?
我說:在我所有朋友活著的每一天 ~ ?
I said: Each day my friends live ~!?
佛笑了……說:以後你所有朋友將天天健康快樂~
The Buddha smiled and said: Your friends will be healthy and happy everyday ever after
看到此信息的人轉發給朋友,祝你的朋友們都是快樂健康~
Please forward this to your friends, wishing your friends good health and happiness ~
天氣多變...加倍保重!(把溫暖傳下去 )
No matter what the weather ... please take a good care! (Spread the warmth O~)


p.s佛說好朋友不可以都沒連絡!
p.s. The Buddha said, best friends must be in touch!

Dibalik Cermin Satu arah

Ketika saya masih kecil, kami tinggal di kota New York, hanya satu blok
dari rumah kakek-nenek saya. Setiap malam, kakek saya selalu melakukan
"kewajibannya," dan di setiap musim panas, saya selalu ikut dengannya.

Pada suatu malam, ketika Grandpa (kakek) dan saya sedang jalan kaki
bersama, saya menanyakan apa bedanya keadaan sekarang dengan dulu,
ketika dia masih kecil di tahun 1964. Grandpa bercerita tentang
jamban-jamban di luar rumah, bukan toilet mengkilap, kuda- kuda, bukan
mobil, surat-surat, bukan telepon, dan lilin-lilin, bukan lampu-lampu
listrik.

Sementara dia menceritakan semua hal-hal indah yang sama sekali tidak
pernah terbayang di kepala saya, hati kecil saya mulai penasaran. Lalu
saya tanyakan kepadanya,"Grandpa, apa hal paling susah yang pernah
terjadi dalam hidupmu?"

Grandpa berhenti melangkah, memandang cakrawala, dan membisu beberapa
saat. Lalu dia berlutut, menggenggam tangan saya, dan dengan air mata
berlinang dia mengatakan: "Ketika ibumu dan adik-adiknya masih
kecil-kecil, Grandma (nenek) sakit parah dan untuk bisa sembuh, dia
harus di rawat di satu tempat yang namanya sanatorium, untuk waktu yang
lama sekali. Tidak ada orang yang bisa merawat ibu dan paman-pamanmu
kalau aku sedang pergi kerja, jadi mereka kutitipkan di panti asuhan.
Para biarawati yang membantuku mengurusi mereka, sementara aku harus
melakukan dua atau tiga pekerjaan untuk bisa mengumpulkan uang, agar
Grandma bisa sembuh dan semua orang bisa berkumpul lagi di rumah."

"Yang paling sulit dalam hidupku adalah, aku harus menaruh mereka di
panti asuhan. Setiap minggu aku mengunjungi mereka, tetapi para
biarawati itu tidak pernah mengijinkan aku mengobrol dengan mereka, atau
memeluk mereka. Aku hanya bisa memperhatikan mereka bermain dari balik
sebuah cermin satu arah. Aku selalu membawakan permen setiap minggu,
berharap mereka tahu itu pemberianku. Aku hanya bisa menaruh kedua
tanganku di atas cermin itu selama tiga puluh menit penuh, waktu yang
mereka ijinkan untuk aku melihat anak- anakku, berharap mereka akan
datang dan menyentuh tanganku. "

"Satu tahun penuh kulalui tanpa menyentuh anak-anakku. Aku sangat
merindukan mereka. Tetapi aku juga tahu bahwa itulah tahun yang lebih
sulit lagi bagi mereka. Aku tidak pernah bisa memaafkan diriku sendiri
karena tidak bisa memaksa biarawati itu mengijinkan aku memeluk
anak-anakku. Tetapi kata mereka, kalau diijinkan, itu malah akan lebih
memperburuk keadaan, bukan memperbaikinya, dan mereka akan menjadi lebih
sulit tinggal di panti asuhan itu. Jadi aku menurut saja."

Saya tidak pernah melihat Grandpa menangis.
Dia memeluk saya erat-erat dan saya katakan kepadanya bahwa saya
memiliki Grandpa terbaik di seluruh dunia dan saya sangat menyayanginya.

Lima belas tahun berlalu, dan saya tidak pernah menceritakan acara
jalan-jalan istimewa dengan Grandpa itu kepada siapapun. Dari tahun ke
tahun kami tetap rajin jalan-jalan, sampai keluarga saya dan kakek-nenek
saya pindah ke negara bagian yang berbeda.

Setelah nenek saya meninggal dunia, kakek saya mengalami penurunan
ingatan dan saya yakin itulah periode penuh tekanan baginya. Saya
memohon kepada ibu saya untuk memperbolehkan Grandpa tinggal bersama
kami, tetapi ibu saya menolaknya.

Saya terus merengek, "Ini kan sudah kewajiban kita sebagai keluarga
untuk memikirkan apa yang terbaik baginya." Dengan sedikit marah, ibu
membentak, "Kenapa? Dia sendiri sama sekali tidak pernah perduli pada
apa yang terjadi terhadap kami, anak-anaknya!"

Saya tahu apa yang ibu maksud. "Dia selalu memperhatikan dan menyayangi
kalian," kata saya. Ibu saya menjawab," Kau tidak mengerti apa yang kau
bicarakan!"

"Hal tersulit baginya adalah harus menaruh ibu dan paman Eddie dan paman
Kevin di panti asuhan." "Siapa yang cerita begitu padamu?" tanyanya. Ibu
saya sama sekali tidak pernah membicarakan masa-masa itu kepada kami.

"Mom, dia selalu datang ke tempat itu setiap minggu untuk mengunjungi
anak-anaknya. Dia selalu memperhatikan kalian bermain dari belakang
cermin satu arah itu. Dia selalu membawakan permen setiap kali dia
datang. Dia tidak pernah absen setiap minggu. Dia benci tidak bisa
memeluk kalian selama satu tahun itu!"

"Kau bohong! Dia tidak pernah datang. Tidak pernah ada yang datang
menjenguk kami."

"Lalu bagaimana aku bisa tahu soal kunjungan itu kalau bukan dia yang
cerita ? Bagaimana aku bisa tahu oleh-oleh yang dibawanya? Dia
benar-benar datang. Dia selalu datang. Para biarawati itulah yang tidak
pernah mengijinkan dia menemui kalian, karena kata mereka, akan terlalu
sulit bagi anak-anak kalau melihat ayahnya sudah harus pergi lagi. Mom,
Grandpa menyayangimu, dan selalu begitu!"

Grandpa selalu beranggapan anak-anaknya tahu dia berdiri dibalik cermin
satu arah itu, tetapi karena mereka tidak pernah merasakan kehangatan
dan kekuatan pelukannya, dia pikir mereka telah melupakan
kunjungan-kunjungannya. Sementara, ibu saya dan adik- adiknya
beranggapan dia tidak pernah datang mengunjungi mereka.

Setelah saya menceritakan kebenaran itu kepada ibu saya, hubungannya
dengan Grandpa mulai berubah. Dia menyadari bahwa ayahnya selalu
menyayanginya, dan akhirnya Grandpa tinggal bersama kami sampai akhir
hidupnya. (Laura Reilly)


Sumber: Behind the Mirror by Laura Reilly